Oke deh karena lumayan banyak minta spill kamera yang aku gunakan untuk merekam video, aku akan sharing di kesempatan kali ini ya. Btw, kalau kalian ingin membeli kamera pertama kali, kalian tentukan dulu fungsi kamera yang kalian akan gunakan akan lebih banyak digunakan untuk foto dan video karena gak ada kamera yang sempurna. Pasti ada kelebihan dan kekurangannya. Aku pribadi sampai riset selama berbulan-bulan sebelum membelinya karena aku memang tidak menekuni dunia fotografi atau videografi dan juga bukan merupakan hobi. Akhirnya pilihanku jatuh pada kamera Sony Z-V1 karena aku juga akan lebih banyak menggunakannya untuk kebutuhan videografi yang amatir tapi rasa profesional. Wkwkwk.
Aku gak akan membahasnya secara teknis, tetapi dari segi user experience aja. Jadi ini opini pribadi ya. Kalian bisa lihat spek lengkapnya di websitenya Sony klik di sini. Aku juga pernah membuat video tentang tips merawat kamera di channel youtube aku dan objeknya menggunakan kamera ini klik di sini untuk melihat videonya. Kamera Sony Z-V1merupakan kamera yang diluncurkan sekitar bulan juli tahun 2020 di Indonesia (cmiiw). Berikut merupakan pertimbangan aku memutuskan untuk membeli kamera ini.
1. Simple dan Praktis
Aku bukan seorang profesional dalam bidang fotografi maupun videografi yang membutuhkan kamera high spec seperti kamera DSLR atau mirrorless, jadi aku gak mau ribet untuk mengatur exposure, aperture, iso, shutter speed, white balance dan lain-lainnya itu tapi aku mau hasilnya bagus. wkwkwk. Aku mau yang automatic aja gitu gak setting manual. Dan si Sony Z-V1 ini mulai dari tombol-tombolnya, pengaturan kameranya dan juga penggunaannya itu mudah banget dipelajari sekalipun oleh orang awam yang baru pegang kamera. Padahal kalau secara keseluruhan dari produk kamera yang dikeluarkan Sony, UI (User Interface) dari kamera Sony lumayan sulit dipahami. Ini karena kebiasaan aja kali ya. Hehe.
Ada tombol “Background Defocus”, tinggal diaktifkan aja langsung bokeh atau blur latar belakangnya ketika kita merekam video. Ada juga tombol untuk product showcase jika kita ingin memfokuskan pada object yang ingin kita perlihatkan. Seperti yang sering dilakukan para Beauty Vloger.
Layar LCD nya juga variangle, artinya layar bisa diputar ke segala arah. Jadi lebih flexible ketika kita ingin mengambil foto tau video, gak perlu sampe tiarap. Wkwkwk.
Tersedia hot shoe dan port mikrofon jika ingin menambahkan audio eksternal yang gampang banget buat dibongkar pasang.
2. Ringan dan Ringkas
Kamera Sony Z-V1 ini adalah kamera compact. Ukurannya kecil, ringkas dan gak butuh banyak ruang kalau mau di bawa kemana-mana dan juga gak terlalu mencolok kalau dibawa ke tempat umum.
Sony juga merilis sebuah aksesoris yang dibuat khusus untuk Sony ZV-1, yaitu GP-VPT2BT Shooting Grip. Ini adalah grip tambahan, tanpa efek stabilisasi. Tetapi grip tersebut dilengkapi sebuah remote khusus untuk kontrol kamera dari jarak jauh.
3. Mudah perawatannya
Gak seperti kamera DSLR atau mirrorless yang membutuhkan dry box yang diletakan silica gel untuk tempat penyimpan kamera supaya lensa gak berjamur dan menjaga suhu kamera supaya tetap stabil, kamera pocket ini cukup dimasukin ke dalam kardusnya aja kalau gak dipake. Tetapi pastikan ruangannya gak lembab ya. Tetap kering.
4. Kualitas Foto dan Video yang Dihasilkan Bagus dan Tajam
Walaupun kecil, autofokusnya sangat cepat. Kamera ini mampu merekam video hingga resolusi 4K 24/30fps, juga opsi untuk merekam video slow motion hingga 960fps. Tersedia juga opsi interval shooting untuk video time-lapse.
5. Mudah Transfer Data
Setelah selesai mengambil gambar atau merekam video, kita bisa langsung transfer file-nya ke smartphone melalui wifi menggunakan aplikasi imaging edge mobile. Aplikasi punya Sony yang bisa diunduh di App Store dan Google Play. Jika ingin transfer data ke laptop, bisa menggunakan kabel microUsb yang didapat juga ketika pembelian atau menggunakan memory card reader.
Tentu saja kamera ini juga punya kekurangan. Tetapi buat aku gak terlalu masalah. Selain ukuran baterainya yang kecil, kapasitas baterainya juga kecil. Jadi paling bisa merekam maksimal 30 menit aja dan tentunya kita memerlukan baterai cadangan, aku membeli 2 baterai cadangan lagi. Tetapi aku gak pernah lama juga sih menggunakannya dan di dalam ruangan aja. Jadi cukup-cukup aja. Paling repot ketika ganti baterai ketika menggunakan tripod. Harus dibongkar dulu tripod-nya karena letak baterainya berdampingan dengan lubang untuk menaruh tripod di bawah.
Mic audio internalnya bisa mendeteksi arah suara dan membuat audio lebih bagus dan nyaman didengar, terutama di saat kita merekam video di tempat yang berisik. Tetapi tetap perlu mic eksternal supaya bisa maksimal. Kalau aku pribadi menggunakan dubbing sih gak ngomong langsung. Jadi gak masalah juga. Wkwkwk.
Oh iya, layarnya juga belum touch screen. Paling touch screen-nya hanya ketika kita ingin memfokuskan dan membidik objek, jadi untuk memilih setting-an ya menekan-nekan tombolnya dan di kamera ini juga gak ada viewfinder atau jendela bidik kamera. Jadi objek dilihat melalui LCD aja.
Mungkin segitu aja review-nya. Aku pribadi cukup banget dengan feature yang ditawarkan kamera ini dan cocok banget buat yang gak mau ribet. Hehe. Semoga bermanfaat ya.