Dalam hidup, pasti kalian pernah dong nge-judge (menghakimi) secara sadar maupun tidak sesuatu hanya karena dengar dari mayoritas opini orang lain, nge-judge orang lain padahal nggak kenal juga, nge-judge kejadian atau kondisi yang kita lihat di depan mata kita padahal kita juga belum mencari tahu kebenarannya. Padahal apa yang kita judge, sebenarnya belum tentu seperti itu.
Aku pernah nge-judge sebuah aplikasi hanya karena dengar dari penilaian kebanyakan orang lain. Kalian pasti tau aplikasi yang isinya khusus konten-konten video berisinal "T". Karena mendengar opini-opini buruk, aku jadi berpikir bahwa aplikasi itu aplikasi yang buruk. Isi kontennya joget-joget gak jelas dan unfaedah. Padahal aku juga belum install dan menggunakannya. Stigma buruk aplikasi "T" itu berubah ketika aku meet up dengan teman lamaku yang dulu satu sekolah denganku, dia adalah seorang ibu rumah tangga. Saat main ke rumahnya, aku dibuatkan makanan batagor dan menurut aku enak banget rasanya. Aku yang orangnya curious bertanya "beli dimana batagornya? enak banget".Terus dia jawab "Wah beneran enak? itu gue bikin kok". Selama aku berteman dengannya, yang aku tahu dia itu gak suka masak. "Sejak kapan suka masak? bukannya males ya masak?"Aku nyengir. Terus dia menjawab "Gue suka liat resep-resep di aplikasi "T" pas gue nyoba ternyata gak sesusah itu masak. Seru ternyata masak. Apalagi orang yang nyobain bilang enak". Lalu aku mengutarakan pendapatku yang selama ini tahu dari orang-orang bahwa aplikasi itu isinya "sampah". Temanku bilang, gak semua kontennya gitu kok. Ada tutorial masak, sharing pengalaman orang lain, tutorial make up, tips keuangan, dan lain-lain. "Coba deh install dulu" begitu saran temanku.
Begitu pulang ke rumah, aku penasaran dong sama pendapat temenku ini karena dia aja yang berpendapat berbeda dari kebanyakan opini orang lain. Aku install dan aku lihat konten-kontennya. Ternyata gak seburuk itu. Banyak juga konten-konten yang bermanfaat. Content Creator-nya mempunyai latar belakang yang beragam. Dari orang biasa sampai profesional. Aku tidak tahu bagaimana alogaritma aplikasi itu bekerja. Tetapi konten video yang sering FYP di timeline homepage aku menurut aku kebanyakan bermanfaat. Paling hanya satu dua yang menurutku unfaedah. FYP adalah singkatan dari "For Your Page", yaitu halaman rekomendasi pada aplikasi "T" yang akan muncul pertama kali setiap membuka aplikasi "T". Kalau aku ingin mencari informasi atau insight tertentu, terkadang aku juga membuka aplikasi itu gak cuma dari aplikasi video yang berlogo play berwarna merah.
Selain dari pengalamanku judgment sebuah aplikasi, aku jadi memprogam ulang pikiranku untuk tidak langsung judgment sebelum aku benar-benar membuktikannya sendiri. Termasuk dalam kehidupan sehari-hari, aku berusaha tidak mudah judgment terhadap seseorang. Misalnya, ketika ada seseorang yang mengatakan padaku si A yang belum aku kenal begini dan begitu perilakunya, aku hanya akan berhati-hati dan menjaga jarak ketika memang harus berkomunikasi. Tidak langsung judgment. Bukan karena orang lain tidak suka atau membencinya dan membicarkan hal-hal yang tidak baik tentangnya, kita juga lantas menyimpulkan hal yang sama dan ikut membecinya. Padahal ketika kita berkomunikasi langsung dengannya, belum tentu buruk seperti yang dikatakan. Bisa jadi kondisi si A sedang tidak baik dan tidak mood tetapi lawan bicaranya tidak mengerti itu, jadi responnya seperti kurang baik. Bisa jadi ketika kita mengenalnya, kemungkinan dia sudah berubah menjadi lebih baik, hanya saja citranya sudah terlanjur buruk.
Begitupun ketika melihat kejadian dan kondisi di depan kita. Misalnya, ketika di rumah sakit, kita melihat seorang Ibu yang sibuk dengan gadget-nya. Sedangkan anaknya yang masih balita berlarian di koridor rumah sakit. Kita bisa mudah nge-judge bahwa dia bukan ibu yang baik. Gadget lebih penting dari anaknya. Tetapi bisa jadi dia sedang berkomunikasi dengan keluarganya yang lain untuk mencari pendonor darah untuk suaminya yang baru mengalami kecelakaan.
Pada kondisi yang lain, ketika kita tahu pasangan yang sudah lama menikah belum juga memiliki momongan dengan mudah kita nge-judge ke perasangka yang tidak baik "kok nikah bertahun-tahun belum punya anak sih?" kalau anak seperti barang yang tersedia di online shop, sudah dibeli kali. Padahal pasangan ini juga sudah berusaha untuk mendapatkan momongan. Tetapi, dibalik semua usaha dan doa, ada Allah yang mempunyai kuasa dan Allah lebih tahu kapan waktu yang tepat.
Judgment memang tidak butuh lama. kalau butuh lama skripsi dong. Hehe. Seringnya kita dengan mudah nge-judge meski hanya di dalam hati. Padahal sesuatu yang kita hakimi, hanya setitik kecil dari hal yang kita dengar dan informasi yang kita dapatkan dari orang lain tetapi sudah merasa benar-benar tahu dan menyimpulkannya. Semoga bermanfaat.